Disable copy

Friday, April 11, 2025

Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri

 




Judul: Lubang Pemuas Pria - Pria Beristri

Penulis: Jeremy Murakami

Jumlah halaman: 31 halaman

Harga: Rp 15k

***


Hari itu, entah menjadi sebuah trauma besar atau sebuah lembaran baru diriku menjadi pria yang haus akan hujaman kontol, semuanya yang jelas menjadi sebuah awal kegilaan yang mengubah hidupku selamanya. 

Perkenalkan, namaku Richie Permana. Usiaku 27 tahun. Aku adalah seorang pria straight yang menjadi pemuas seks suami-suami kesepian di mess kantorku… 


[ … ]


Aku adalah seorang pria metroseksual yang bangga akan statusku itu. Singkatnya, aku sangat menjaga penampilanku. Aku pergi ke pusat kebugaran enam kali seminggu dan libur hanya hari Minggu untuk rest day. Setiap hari, aku memikirkan pakaian apa yang harus aku pakai matang-matang agar aku selalu tampil rapi dan enak dipandang. Aku juga menjaga kebersihan tubuhku dengan rajin mandi, menggosok gigi, berkumur dengan listerin, dan memakai parfum agar keringatku tidak tercium saat aku bekerja keras sepanjang hari. Setiap harus berbicara dengan orang dengan jarak dekat, aku mengonsumsi permen mint agar aroma napasku selalu segar. Ditambah lagi, aku terlahir dengan genetik yang superior. Kulitku putih dan bersih. Badanku sangat proporsional, dengan tinggi 175 cm dan berat 70 cm. Karena aku rajin olah raga, tubuhku pun berotot dan perutku six pack. Hidungku mancung dan alisku tebal. Orang bilang tatapan mataku tajam seperti elang. Banyak yang bilang aku adalah pria yang ramah dan itu membuat aku banyak disukai teman-temanku. Secara garis besar, aku bisa dibilang seorang pria yang sangat ideal untuk dijadikan pasangan hidup. 

Aku bangga dengan pandangan orang-orang tentang diriku dan berusaha tetap menjadi orang yang disukai orang lain. Namun, rupanya ini menjadi boomerang bagi diriku sendiri. Sebuah kejadian yang terjadi di mess kantorku mengubah hidupku selamanya…


[ … ]


Di usia muda, aku bekerja di salah satu pengeboran minyak lepas pantai terbesar di Amerika Latin, tepatnya di Barrancabermeja, Kolombia. Aku bekerja sebagai manajer operasional bagian pemasangan dengan gaji sekitar tiga milyar per tahun, atau sekitar 250 juta per bulan dalam kurs rupiah. Namun, aku harus bekerja selama enam bulan penuh di Kolombia dan enam bulan libur di Indonesia. Selain itu, aku harus bekerja dengan shift 12 jam tiap hari dan mendapatkan libur hanya satu hari setiap minggu. Aku juga tinggal di mess, satu kamar dengan lima staff lain.

Meskipun pekerjaan kami ini bergengsi dan bayarannya mahal, akomodasi di mess kami sangat terbatas. Mungkin karena tempatnya cukup terpencil. Setiap kamar para staff berisi tiga pasang bunk bed untuk enam orang. Di kamar juga terdapat satu kamar mandi yang terdapat hanya shower dan kloset saja. Namun, kamar kami selalu bersih karena ada banyak cleaning service yang bertugas membersihkan kamar di mess. Selain itu, sprei kami diganti satu minggu sekali dan kamar mandi kami dibersihkan tiap dua hari sekali. Pakaian kami juga dibersihkan setiap hari oleh staff kebersihan sehingga kami tidak perlu memikirkan hal lain selain pekerjaan. Selain itu, di mess juga ada fasilitas kolam renang dan sebuah fitness center yang cukup luas yang hampir tiap hari aku pakai. Selain itu, satu bulan sekali, kami diberi waktu libur satu minggu yang bisa kupakai untuk berlibur ke Miami, Amerika Serikat karena tempatnya tidak terlalu jauh dari Barrancabermeja. Jadi, dari Bandara YariguΓ­es di Barrancabermeja, aku terbang sekitar satu setengah jam ke Bandara El Dorado di BogotΓ‘, ibu kota Kolombia. Setelah itu, dari Bandara El Dorado, aku hanya perlu terbang ke Miami, Florida selama empat jam. Kalau sedang tidak mood untuk traveling terlalu jauh, aku pergi di sekitar Kolombia saja, seperti kota Medellin, Barranquilla, dan PopayΓ‘n. Aku tidak bisa terlalu banyak mengeluh. Aku suka negara Kolombia dan orang-orangnya. Mereka, seperti kebanyakan orang Latin lainnya, sangat hangat, ramah, dan easy going.

Mengenai kamar, kami biasanya diatur tidur satu kamar dengan satu tim kami agar kami bisa saling mengenal dengan baik dan mudah bekerja sama. Namun, kala itu aku terpaksa harus tidur dengan lima pria dari tim lain karena kamarku penuh dan aku orang yang terakhir datang dari timku. Aku sih tidak masalah juga. Karena, toh sekamar dengan satu tim kadang ada tidak enaknya. Saat satu konflik terjadi di pekerjaan, kami jadi tidak punya tempat untuk saling menjaga jarak dan meredakan emosi terhadap satu sama lain. Jadi, aku merasa sekamar dengan orang-orang dari tim lain ada sisi positifnya. Setidaknya, aku bisa menambah teman sekaligus bisa melupakan pekerjaan saat di kamar.

Hari pertama datang, aku segera disambut dari Bandara YariguΓ­es dan diantar naik bus bersama beberapa staff dari divisi lain yang datang pada hari yang sama. Setelah itu, kami langsung diantar ke mess kami. Di sana, aku langsung mendapat informasi nomor kamar dan daftar teman sekamarku. Saat membaca informasi kamar, aku akan sekamar dengan lima orang dari divisi pilot helikopter. Mereka bertanggung jawab melayani para klien dan pemegang saham yang ingin mengunjungi tempat pengeboran minyak. Biasanya para pilot helikopter ini tua-tua. Saat kubaca, kelima teman sekamarki berasal dari Dubai, Italia, Spanyol, Amerika Serikat, dan satu orang lokal Kolombia sendiri. Sebenarnya, setiap enam bulan, kami akan di-rolling dan mendapatkan tim dan kamar yang baru. Namun, kelima orang ini ternyata sudah memasuki bulan ketiga mereka dan akan mendapatkan libur dalam tiga bulan ke depan. Nanti, tiga bulan berikutnya aku akan mendapatkan teman-teman sekamar baru.

Begitu masuk ke kamar, aku segera membuka pintu. Ternyata, tidak ada seorang pun di dalam kamar. Anehnya, di kamar ini juga ada satu kasur tambahan di depan televisi. Itu sebuah kasur besar yang mungkin ditaruh di depan televisi untuk menonton bersama dengan teman-teman lain. Aku pun segera membuka kemeja dan celanaku, hendak menaruh pakaian yang baru kupakai ke keranjang cucian. Aku memang sangat menjaga kebersihan tubuhku. Bagiku, baju yang dipakai ke bandara sangat kotor karena bandara adalah tempat orang dari berbagai tempat di dunia berkumpul dan kita tidak tahu habis dari mana saja mereka. Aku pun berjongkok sambil hanya memakai celana dalam di depan kasur, membereskan koporku. Saat aku berdiri dalam keadaan membungkuk, tiba-tiba saja ada seorang pria berbadan besar menarik paksa celana dalamku turun hingga pantatku terbuka. Aku kaget bukan main. Aku pun berteriak karena ditelanjangi secara paksa seperti ini.

“Hei, apa yang kau lakukan?” tanyaku pada orang di belakangku.

Aku menoleh ke belakang. Seorang pria usia empat puluh tahunan berdiri di belakangku dan menatap pantat montokku tanpa berkedip. Pria itu berwajah tampan dengan kulit putih eksotis dan rambut coklat gelap. Dia memelihara jenggot dan kumis yang dicukur rapi. Matanya biru menyala dan badannya luar biasa berotot seperti binaraga. Dia juga hanya memakai celana training tanpa kaos di tubuhnya, lalu tampak berkeringat seperti habis olah raga. Tubuhku bergidik karena baru pertama kali mengalami pelecehan begini.

“HENTIKAN!” teriakku namun kakiku lemas karena baru pertama kali aku mengalami hal ini.

Pria itu segera saja menjulurkan lidahnya sambil tangannya yang berkeringat meremasi pantatku. Lidahnya terjulur dan menjilat habis pantatku, membuatku tidak berdaya.

“Ohhhh… Ahhh… Apa-apaan ini?” teriakku dalam Bahasa Inggris.

Tanpa segan-segan, pria itu segera menjilati pantatku dengan gemas sambil pantatnya terus meremas gemas pantatku.

“Tolong hentikan!” kataku mulai memangis. “Ini pelecehan! Tolong, lepaskan aku!”

Seorang pria berwajah Arab datang dengan membuka pintu dan mengamati kami.

“Tolong aku!” pintaku dalam Bahasa Inggris. “Pria ini melecehkan aku!”

“Hei apa yang kau lakukan?” tanya pria Arab itu santai dalam Bahasa Inggris dengan aksen yang kental.

Paras pria Arab ini tidak kalah tampan. Matanya coklat muda dan rambutnya tampak lebat dan wajahnya sangat menarik untuk dipandang.

“Terlalu canggung kalau harus bersenggama denganmu,” jawabnya dalam Bahasa Inggris dengan aksen Italia kental sambil masih sibuk mencumbui pantatku dengan mulut dan lidahnya. “Mungkin kita bisa menyenggamai anak baru ini. Kau lihat, dia terlihat seksi sekali… Tubuhnya benar-benar indah… Sepertinya, bukan ide buruk kalau aku menyenggamai dia… Aku kangen istriku…”

“Tolong hentikan!” teriakku ketakutan. “Dasar gila! Aku ini pria! Jangan seenaknya kamu memperkosa aku seperti ini!”

Ternyata ada seorang pria kulit putih lagi yang masuk. Dia juga tampak habis berolah raga seperti pria yang sedang mengerjai pantatku ini. Dia tampak berusia akhir 40 tahunan dan berbadan bugar. Rambutnya gelap dan senyumnya manis.

“Wah, gila! Apa yang kau lakukan, Stefano?” tanyanya dengan logat Amerika yang sangat kental. “Kau mengenal pria ini?”

“Dia anak baru yang akan sekamar dengan kita!” sela pria Arab tampan bermata indah tadi.

“Lalu, kamu hanya diam saja dan menonton, Samir?” tanya pria Amerika itu tida percaya

Ternyata nama pria Arab itu Samir!

“Ayolah, Samir!” ucap si Stefano yang sedang sibuk-sibuknya berbicara sambil me-rimming pantatku. “Kau ikut saja mengerjai pria ini! Kau juga terus bilang kau kangen istrimu, bukan? Kita akan bersenang-senang bersama! Iya kan, James?”

Kulihat Samir tampak sama kebingungannya dengan diriku dari raut wajahnya. James, si pria Amerika, mendekati wajahku yang masih membelakangi mereka karena pantatku sedang dijilati si Stefano. James memegang pipiku lalu mengecup bibirku lembut! Ciuman pertamaku dengan pria! Aku melotot dan segera mengelap mulutku cepat-cepat.

“Aku bukan homoseksual!” teriakku kesal. “Aku juga tidak sudi dicium kamu! Aku tidak mengenal kamu!”

“Hei, anak baru…” kata si James sambil menyunggingkan senyum sinis. “Mungkin, dengan bersenggama, kita bisa makin mengenal lebih dalam! Namaku James dari Amerika. Yang mengerjai pantatmu sekarang adalah Stefano, pria Italia. Yang Arab tampan itu adalah Samir. Dia dari Dubai. Ada lagi Antonio dari Spanyol yang sebentar lagi datang. Juga ada Arturo dari Kolombia, orang asli sini.”

“KALIAN SEMUA GILA!” teriakku kesal. “TOLONG! TOLONG AKU!”

James segera membungkam mulutku dengan tangannya. Aku pun refleks menggerakkan tanganku untuk melepas bungkaman tangan si James. Stefano bangkit dan segera memegangi kedua tanganku. Ternyata, ada dua orang lagi yang datang! Dua-duanya adalah pria dengan wajah Latin yang tampan dengan rambut coklat yang gelap.

“Oh, bagus, kemari lah, Antonio!” ucap James dengan senyum sumringah. “Cepat bawa Samir kemari dan keluarkan penisnya untuk membungkam mulut teman baru kita ini…”

“Tentu saja,” ujar pria yang berbadan atletis dan berambut pendek namun modis itu tersenyum, menghampiri Samir dan menarik tangannya. “Aku sudah pernah melakukan ini bersama beberapa temanku di Spanyol… Lebih baik daripada kita tidak bisa mendapatkan pussy di sini.”

“Kau juga ikut membantu, Arturo!” sela Stefano. “Bantu James memegangi tangannya yang satu lagi! Aku belum puas menjilati lubang prianya ini.”

James segera melepas bungkamannya ke mulutku, lalu bergantian memegangi tangan kiriku kuat-kuat. Meskipun tampak bingung, Arturo, pria yang badannya lebih kekar dari Antonio itu mendekatiku dan memegangi tangan kananku dan bekerja sama dengan James untuk menghalangi aku bergerak. Stefano pun kembali bebas menggarap pantatku. Antonio sendiri menggandeng tangan Samir dengan mantap. Begitu di depan kepalaku, Antonio dengan santainya membuka resleting celana Samir dan mengeluarkan kontol Samir yang masih lemas.

“Wow,” kata Antonio bersiul. “Ternyata rumor yang kudengar benar. Kemaluan pria Arab memang besar sekali ya!”

Antonio pun dengan telaten mengocok kontol Samir, menyiapkannya agar bisa segera siap aku emut. Aku pun bergidik ngeri melihat kontol jumbo Samir di depanku. Ukuran kepalanya hampir selebar mulutku! Aku pun langsung menutup mulutku kuat-kuat, tidak mau sampai kontol Samir masuk ke dalam mulutku. 

“Buka mulutmu, sayang!” ucap Stefano di sela-sela jilatannya padaku.

Antonio segera menarik kepalaku untuk mendekat ke depan kontol Samir yang sudah mengacung. Antonio segera menutup hidungku agar aku tidak bisa bernapas dan terpaksa membuka mulutku. Saat aku terpaksa membuka mulutku, Antonio mendorong pantat montok telanjang Samir hingga kontolnya masuk ke tenggorokanku. Aku terbatuk-batuk, hampir muntah. Namun, Antonio tidak memberi aku waktu untuk membiasakan diri. Samir sendiri sepertinya mulai menikmati. Dia tanpa malu-malu ikut memaju-mundurkan pantatnya untuk merojok tenggorokanku. Air mataku keluar karena kerongkonganku terisi penuh kontol Samir saat ini.

“Gila!” teriak si Antonio bersemangat.

“Aku rindu sensasi seperti ini… Arturo, James, kalian pegang tangannya kuat-kuat! Jangan sampai dia bisa bergerak! Aku ingin membuat teman baru kita ini keenakan!”

Kurasakan Arturo semakin merapatkan pegangan tangannya di tanganku ke belakang. Antonio sendiri berjongkok di bawah tubuhku. Dia pun mengocok kontolku sambil tertawa.

“Wah, penisnya mulai menegang, guys!” ucap Antonio sambil tertawa-tawa.

Aku jujur merasa campur aduk. Ini seperti mimpi buruk! Mulutku penuh akan kontol Samir yang besar itu sampai rahangku sakit. Kontol itu bahkan dipaksa masuk sampai ke dalam tenggorokanku. Sedangkan di belakangku, Stefano, si pria Italia yang seksi itu, terus menjilati dan memainkan lidahnya di dalam lubang pantatku. Aku tidak pernah merasakan hal ini sebelumnya. Rasa geli dan nikmat bercampur menjadi satu. Lubangku terasa licin sekali dan digelitik-gelitik lidah lembut dan basah Stefano. Sedangkan sekarang, di bawah tubuhku, Antonio sedang berjongkok dan mengocoki kontolku yang berkedut-kedut sambil menjilati kedua putingku bergantian. Aku melihat wajah Spanyol tampannya itu tertawa-tawa, melihat mulutku terus mengulumi kontol Samir. Mulutku sendiri mulai mengerang-erang sambil masih tersumpal kontol Arab nikmat si Samir di dalam. Aku pun merasa seperti orang gila karena hati kecilku merasa jijik dengan ini semua tetapi kontolku berkata lain. Kontolku semakin menegang.

“Tidak buruk untuk kontol pertama yang kau hisap, kan?” tanya Antonio dengan wajah tengilnya. “Kau tampak menikmatinya, sobat…”

Aku pun menggeleng-gelengkan mulutku, ingin menyangkali kata-katanya. Namun, itu malah membuat kontol Samir keenakan karena bisa menjelajah tenggorokanku lebih menyeluruh.

“Ahhhh… Ahhhh… Ohhhh…”

Antonio tertawa, lalu berteriak, “Kawan, apa kau sengaja membuat Samir segera memuncratkan spermanya di dalam tenggorokanmu?”

Aku pun melotot dan menggeleng-gelengkan kepalaku. Samir tampak semakin keenakan dibuatnya. Antonio semakin tertawa melihatku tidak sengaja membuat Samir keenakan.

“Aku sudah tidak tahan lagi!” ucap Stefano setelah melepas pagutannya pada pantat perawanku sambil berdiri. “Aku akan segera menyetubuhi anak baru ini….”

Aku pun berusaha melepaskan tanganku dari dekapan tangan Arturo. Sengaja aku gerakkan tubuhku agar bisa lepas dari sergapan mereka berlima. Arturo sendiri semakin mempererat pegangannya ke tanganku.

“Jangan lakukan ini!” ucap Arturo memperingatkan. “Ini malah semakin menyakitkan buatmu!”

“Lemaskan tubuhmu, sobat…” ucap Stefano sambil mengobok-obok pantatku dengan tangannya. “Aku bersumpah, kau akan menikmatinya… Aku akan pastikan itu…”

“JANGAN!” kataku meronta-ronta sambil menangis dengan mulut masih penuh kemaluan si Samir. “TOLONG, LEPASKAN AKU! AKU TAKUT SAKIT!”

“Samir, lepaskan batang pelermu dari mulut teman baru kita ini…” ujar Antonio memberi arahan. “Cium bibirnya, lalu aku akan menghisap pelernya. Biar dia lebih santai.”

Samir segera melepas kemaluannya, lalu bibir merahnya mencipok bibirku tanpa pikir panjang. Rasa mulut Samir manis… Perlahan-lahan, dengan lembut, dia memasukkan lidahnya di dalam mulutku dan mengajakku melakukan french kiss. Entah kenapa, saat Samir menciumku, aku merasa lebih tenang. Mungkin karena dia yang paling tidak agresif dari mereka semua. Meskipun dia membuatku menghisap kemaluannya, dia melakukannya karena perintah pria-pria yang lain. Ciumannya yang lembut juga membuatku lebih nyaman dengannya. Dia memberi aku waktu untuk menikmati mulutnya perlahan-lahan.

Di saat ciuman Samir mulai menenangkanku, aku rasakan kemaluanku pun mendapatkan kenikmatan dari mulut berpengalaman Antonio. Dia tampak sudah terbiasa menghisap kemaluan pria. Selain itu, tangannya menggelitik-gelitik putingku. Aku sampai lupa si Stefano sedang menjilati bo’olku di belakangku.

“Hei, jangan lupakan aku dan Arturo di sini!” teriak James protes.

“Lakukan apa pun yang kalian bisa lakukan sekarang dengan tubuh teman baru kita ini!” jelas Antonio sambil mulutnya terus melahap kontolku.

“Jadi, kami lepas saja pegangan tangannya?” tanya si Arturo, si pria lokal Kolombia yang tampan itu, kebingungan. “Apa tidak masalah ini?”

“Percayalah padaku! Saat ini, teman baru kita ini tidak akan berontak!” jawab Antonio sotoy. “Dia sudah terkena perangkap kita. Sekarang, mau kita apakan saja, dia akan menerimanya…”

Aku pun tidak bisa berpikir tenang. Sekarang, aku cuma membiarkan saja bibir manis Samir melumati bibirku penuh nafsu sambil memegangi rahangku. Samir berwajah sangat manis dan lembut. Entah kenapa, aku jadi terangsang juga dibuatnya. Belum lagi, Stefano mulai memasukkan satu jarinya dan mengobok-obok pantatku, berusaha menyiapkan lubangku untuk disenggama. Sedari tadi si Antonio yang banyak mengoceh pun juga tak henti-hentinya mengemuti penisku… Entah kenapa, aku jadi pasrah sekarang… Persis seperti kata-kata Antonio.

James dan Arturo pun segera melepas genggamannya masing-masing dari tanganku. Mereka segera berjongkok di dekat Antonio dan menghadap ke kedua putingku. Aku pun segera berpegangan ke pundak Samir karena kakiku lemas setelah dikerjai di berbagai titik sensitif begini.

“Aku tak menyangka kau bisa selahap itu mengoral kontol pria, Antonio!” ujar James mengejek Antonio sebelum bersiap mengerjai titik-titik sensitifku lainnya.

“Berbicaralah setelah kau merasakannya, sobat!” kata Antonio balas mencibir dan tersenyum merekah. “Tidak ada bedanya menghisap penis dan vagina. Sama-sama digunakan untuk kencing!”

James tertawa lalu segera mengecupi putingku dari bawah, diikuti Arturo yang ikut tertawa. Sekarang, aku seperti sudah tidak ada di dunia ini lagi. Mulutku terus dicumbui oleh mulut segar Samir, pria Dubai tampan itu. Si cowok Spanyol tengil, Antonio, sedang mengorali kontolku sambil sesekali memainkan testisku lembut. James, hot daddy dari Amerika, dan Arturo, si pria seksi Kolombia, sedang menjilati kedua putingku bebarengan. Di belakangku, Stefano, si pria Italia berbadan kekar itu, sedang mengobok-obok isi pantatku dengan jari-jarinya yang licin sambil napasnya mendesis, ingin segera dipuaskan.

“Sekarang, aku sudah tidak tahan lagi…” sela Stefano memecah keheningannya sendiri. “Aku akan masuk, teman… Biarkan aku menuntaskan nafsuku di lubang pantat sempitmu ini…”

Stefano meludahi tangannya dan mengoleskan liurnya di penisnya. Lalu, tanpa ragu-ragu lagi, segera dia dorong penis itu masuk ke dalam pantatku yang masih perawan itu. Tubuhku menegang. Namun, Samir segera melepas cumbuan bibirku dan berbisik di depan mulutku.

“Tahan, sobat…” ucapnya dengan napas yang tak kalah memburu. “Kupastikan mereka tidak akan menyakitimu… Lepaskan lah… Pasrahkan dirimu… Aku janji aku yang akan memuaskanmu…”

Akhirnya, dalam satu hentakan, kurasakan penis Stefano mulai menerobos bibir pantatku. Aku cuma mengangguk-angguk pada Samir sambil mengerang kesakitan. Samir pun segera mencaplok kembali mulutku, berusaha menenangkanku dengan cumbuan lembut di mulutku. Aku keluarkan lidahku, mengharapkan Samir lebih agresif mencumbuiku sehingga aku melupakan rasa sakit di pantatku. Samir langsung mengerti dan melumati bibirku kuat-kuat. Aku hisap lidah Samir sambil menerima kontol Italia besar milik Stefano merengut kesucian pantatku.

“Ahhhhh…” kataku saat kurasakan pantatku dijebol kontol Stefano.


πŸ”₯ ADEGAN PANAS INI KHUSUS PEMBACA VERSI LENGKAP πŸ”₯

Untuk membaca versi lengkap tanpa sensor, silakan dapatkan novel ini melalui:
πŸ“– Lynk.id – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk
πŸ“± WhatsApp Admin: Klik di sini – https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing


LANJUTAN SETELAH ADEGAN PANAS YANG DISENSOR:


“Stefano, bagi kenikmatan tubuh si anak baru pada kami juga, lah!” sela Antonio, si pria Spanyol protes.

“Oh iya, maaf,” kata Stefano menjawab, lalu memutar pantatku yang masih terganjal kontolnya hingga berbaring menyamping. “Ayo, silakan cumbu tubuh si anak baru!”

Antonio dengan tak sabar menghampiri tubuhku. Mulutnya menyambar bibirku, tempat yang sebenarnya kuharapkan diisi Samir. Namun, ternyata Antonio mencumbuku dengan seksi dan penuh nafsu. Lidahnya ditanamkan ke dalam mulutku dan menari-nari bersama lidahku. Dan aku tak bisa memungkiri, pria Spanyol ini jago sekali dalam bercumbu! Aku dibuatnya keenakan luar biasa. Samir pun segera mengarahkan kepalanya di antara selangkanganku dan selangkangan Stefano yang terus menggenjotku. Tanpa ragu, ragu, mulut Samir mencaplok kemaluanku, mengoralinya dengan canggung tetapi penuh niat. Meskipun oralannya tidak selihai Antonio tadi dan sesekali giginya mengenai kontolku, aku diam saja dan berusaha menikmati betapa nikmatnya Samir yang berusaha menyenangkanku dengan mengerjai kontolku.

“Oh Tuhan, Samir sudah gila!” teriak James, pria Amerika itu. “Dia menghisap kemaluan si anak baru!”

“Sudah jangan berisik, James!” sela Arturo sambil mendorong kepala James ke sekitar selangkanganku. “Kalian, orang Amerika, kolot sekali! Samir, biarkan James menghisap kemaluan teman baru kita ini!”

Arturo pun menarik batang kontolku dengan paksa dan mengarahkan ke depan mulut James yang berada dekat di depan selangkanganku. James pun akhirnya cuma membuka mulutnya dan membiarkan kontolku masuk paksa dan menjelajahi mulutnya. Kulihat James menutup matanya rapat-rapat, tampak grogi. Aku bisa merasakan lidah lembut James menyapu kemaluanku saat masuk di dalam mulutnya. Namun, tiba-tiba Arturo mengarahkan kemaluanku ke dalam mulutnya sendiri. Dia tampak menghisap kemaluanku sambil tangannya memegangi pangkal kontolku, berusaha familiar dengan kegiatan menghisap kontol.

“Aku juga baru pertama menghisap peler pria,” jawab Arturo setelah melepas hisapannya sambil meloco kemaluanku. “Tetapi, aku berpikir aku akan menyenggamai teman baru kita hari ini… Sudah tiga bulan aku tidak bercinta dengan istriku… Setidaknya, kalau kita memakai lubangnya, kita sepatutnya membantunya meraih kenikmatan dari aktivitas lain. Sebagai tanda menghargai, setidaknya kita hisap lah kontolnya.”



πŸ”₯ ADEGAN PANAS INI KHUSUS PEMBACA VERSI LENGKAP πŸ”₯

Untuk membaca versi lengkap tanpa sensor, silakan dapatkan novel ini melalui:
πŸ“– Lynk.id – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk
πŸ“± WhatsApp Admin: Klik di sini – https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing


LANJUTAN SETELAH ADEGAN PANAS YANG DISENSOR:


“Kenapa kau keluarkan di pantatnya?” tanya Antonio dalam nada tinggi setelah melepas cumbuannya dari kontolku. “Sekarang pantatnya menjijikkan!”

“Kan hal biasa keluar di dalam seperti ini,” jawab Stefano sambil terkekeh.

“Apa kau bersih?” tanya Antonio menyelidik.

“Tentu saja, lah!” jawab Stefano cepat-cepat. “Aku kan punya istri! Ini baru pertama kalinya aku bersetubuh dengan orang lain sejak menikah!”

“Bagaimana dengan kalian?” tanya Antonio ke pria-pria lain.

“Oh my God, telat sekali kau bertanya!” Arturo menyela setelah melepas lumatannya dari putingku. “Kau baru bertanya hal ini setelah membiarkan teman baru kita disetubuhi tanpa pengaman!”

“Aku aman lah!” jawab James ikut-ikutan. “Aku pencinta monogami dengan istriku!”

“Aku tentu juga!” jawab si Samir setelah melepas cumbuannya dari leherku.

Aku kini terlentang sambil mengangkang dengan pantatku basah karena lelehan pejuh Stefano.

“Aku memang beberapa kali threesome dengan istriku bersama pria atau wanita lain,” aku si Arturo. “Tetapi, semuanya dengan pengaman dan kami rutin periksa HIV enam bulan sekali. Tiga bulan lalu, sebelum aku bertugas, aku aman!”

Samir lalu mendekati wajahku dengan tubuhku yang lemas luar biasa ini.

“Apa kamu juga aman?” tanya Samir sambil mencium keningku.

Aku cuma bisa mengangguk pasrah.

“Bagus lah!” Antonio menjelaskan. “Aku sudah tidak tahan lagi… Aku yang mengambil alih menyetubuhi pantat teman baru kita ini…”

Antonio pun mengecup bibirku sekilas lagi dan tersenyum padaku sebelum mengambil posisi berlutut di hadapan selangkanganku. Kini, aku kembali berbaring di kasur sambil kakiku diangkat ke pundak Antonio, bersiap-siap menyodomiku.

“Siapa namamu?” tanya Samir padaku.

“Richie Permana…”

“Halo, Richie…” ucap Samir lalu mencium bibirku lagi

Kami sempat berciuman lembut. Kini, aku sudah gila dan membalas lumatan bibir Samir ke mulutku. Kami pun berpagutan cukup lama sebelum kurasakan Antonio mengambil ancang-ancang untuk menembus kemaluannya ke pantatku kembali. Karena liang pantatku sudah licin akibat muncratan pejuh Stefano, Antonio tidak menemui kesulitan yang berarti untuk menembus liang senggamaku dengan kontol Spanyol-nya.


πŸ”₯ ADEGAN PANAS INI KHUSUS PEMBACA VERSI LENGKAP πŸ”₯

Untuk membaca versi lengkap tanpa sensor, silakan dapatkan novel ini melalui:
πŸ“– Lynk.id – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk
πŸ“± WhatsApp Admin: Klik di sini – https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing


LANJUTAN SETELAH ADEGAN PANAS YANG DISENSOR:


“Hei, apa kau jatuh cinta pada pria pertama yang baru kau cium dan menghisap kemaluanmu ini?” tanya Stefano mengejek, melepas cumbuannya dari kemaluanku dan mengocok dengan tangannya.

Wajah Samir memerah dan tampak malu dengan kata-kata yang terucap dari mulut Stefano.

“Apa kau sudah gila?” jawab Samir terkekeh. “Mau dikemanakan istriku?”

“Istrimu sedang puluhan ribu kilo meter dari sini, Samir!” jawab Stefano. “Tetapi, jangan berpikir macam-macam! Richie adalah milik kita bersama!”

Samir terkekeh. Tiba-tiba, Arturo mendekat ke arahku dan mengarahkan kemaluannya ke kepalaku. Seperti kerbau dicucuk hidungnya, aku pun langsung membuka mulutku tanpa malu-malu dan melahap kontol si Arturo, pria seksi Kolombia ini.

“Jangan banyak bicara!” sergap Arturo. “Biarkan aku juga menikmati Richie!”

Arturo pun sesekali memaju mundurkan mulutku dan memaksaku melahap batang kontolnya. Samir ganti melumati pentilku dan Stefano kembali mengoral kemaluanku. Antonio pun sudah tidak peduli dengan kami dan menyetubuhiku dengan beringas. Arturo pun melepas kuluman mulutku, lalu mengecupi bibirku.

“Bibirmu wangi, Richie,” jawab Arturo merayuku. “Seperti bibir wanita… Aku menikmatinya sobat…”

Kini Arturo gantian melumati bibirku dengan mulut dan lidahnya. Aku sudah lupa diri dan lupa identitas seksualku. Kubiarkan normal meninggalkan jiwaku. Aku mulai mencari kenikmatan dari ini semua, dan aku menemukannya. Kelima pria yang tampan ini menikmati tubuhku dan memperkenalkan padaku sebuah kenikmatan yang sebelumnya tidak kuketahui pernah ada. Aku merasakan nafsu yang membara ketika mulutku dicumbui, putingku dihisap, telingaku dijilati, kemaluanku dioral, dan pantatku disenggamai. Kenikmatan ini sangat membuai diriku hingga mulutku tak bisa kutahan mengerang-erang keenakan di dalam cumbuan mulut Arturo.

“Ahhhh… Ahhhhh… Ahhhhh…”

“Lihat, guys!” jawab Stefano. “Kita berhasil membuat Richie menikmati nikmatnya disodomi!”

Wajahku merah padam, tetapi nafsuku membuatku tidak bisa berhenti mengerang-erang dalam kenikmatan. Aku malu, tetapi tubuhku tidak bisa diajak kompromi. Antonio makin bersemangat menggenjot tubuh telanjangku. Aku pun menikmati setiap gesekan kontol Spanyol nikmat besarnya dengan otot-otot di pantatku. Sambil menggenjoti pantatku, Antonio menciumi lututku yang bersandar di pundaknya. Dia jilati lututku dengan nakal sambil kontolnya menjejali pantatku dengan kenikmatan bersenggama.

“Sayang, aku tidak kuat lagi!” katanya mengerang-erang. “Aku sudah mau orgasme, sayang!”

Tubuh Antonio bergetar-getar sambil terus menggenjot. Akhirnya, di sebuah hentakan terakhir yang mentok ke prostatku, Antonio mengerang hebat.


πŸ”₯ ADEGAN PANAS INI KHUSUS PEMBACA VERSI LENGKAP πŸ”₯

Untuk membaca versi lengkap tanpa sensor, silakan dapatkan novel ini melalui:
πŸ“– Lynk.id – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk
πŸ“± WhatsApp Admin: Klik di sini – https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing


LANJUTAN SETELAH ADEGAN PANAS YANG DISENSOR:


Mulutku pun kini mulai terbiasa menghisap kontol pria. Tanpa kusadari, aku telah belajar menghisap kontol Arturo sampai ke ujung tenggorokanku atau deep throat. Arturo mengerang-erang keenakan sambil kepalanya mendorong kepalaku sampai hidungku menyentuh jembut di pangkal kontolku. Aku tidak menyangka kontol Latin besar milik Arturo bisa tertelan semua di dalam tenggorokanku.

“GILA!” teriak si Arturo. “Richie SANGAT PANDAI MENGHISAP KONTOLKU!”

James terus menyodok pantatku lebih beringas. Kini, hantaman kontol sudah tidak menyakitkan bagiku. Yang ada, aku terus merasa rasa geli sekaligus keenakan dengan hantaman kontol James di dalam tubuhku.

“Argghhhhh… Arrrrgghhh… Ohhhh…” gantian James dan kontol Amerika-nya yang mendapatkan penuntasan dari lubang sempitku.

Crottt… Crottt… Crottt… Crottt… Crottt…

“Ini luar biasa sekali, teman!” kata James sambil menepuk-nepuk pantatku. “Jepitan pantatmu benar-benar luar biasa!”

Kini rohku seperti sudah lepas dari tubuhku. Kontolku berkedut-kedut di dalam mulut Samir, namun aku belum bisa mendapatkan penuntasan. Aku cuma ingin mendapatkan kenikmatan lebih dari kontol pria-pria yang mengelilingiku ini.

“Lepaskan kontolku, sayang,” kata Arturo memperingatkan aku. “Aku tidak mau mengeluarkan pejuhku sebelum menyetubuhimu hari ini…”

Aku pun melepas kontol besar Arturo dari mulutku. Dia segera mengecup mulutku sekilas, lalu berpindah ke bagian belakang tubuhku.

“Aku mau disetubuhi Richie!” sela Antonio tiba-tiba setelah melepaskan jilatannya dari putingku yang langsung mengundang ekspresi kaget pria-pria lain.

“Kau juga mau disodomi?” tanya Stefano, si pria Italia itu, terkaget-kaget.

“Aku tidak mau melewatkan pengalaman ini, Stefano…” ujar Antonio lalu mengecup bibir Stefano, membuat Stefano tertawa-tawa. “Aku masih merasa sangat terangsang. Namun, kontolku sudah tidak mampu berdiri setelah orgasme hebat di pantat Richie tadi… Satu-satunya cara adalah disetubuhi oleh Richie sekarang… Aku juga ingin pengalaman hari ini tidak sepenuhnya menyedihkan buat dirinya…”

“Tunggu aku selesai menyenggamai Richie, lah!” ucap Arturo segera memasukkan kontolnya di dalam pantatku dengan posisi sama-sama berlutut sambil menarik wajahku ke belakang untuk melumati bibirku sesekali. “Aku tidak mau kau menggangguku…”

“Tenang saja… Aku bisa melakukannya tanpa menganggumu, Arturo…”

Antonio segera merangkang dan mengarahkan selangkanganku tepat di pantatnya yang sengaja dia buka. Dia kocok-kocok kontolku sambil kepalaku menoleh ke balakng dan mulutku masih dilumati mulut Arturo. Pantatku masih disodoki pantat Arturo dengan beringas. Antonio pun mendorong pantat montoknya ke belakang hingga kontolku melesat masuk ke dalam pantatnya.

“Ahhhh…” teriak Antonio. “Tepat seperti yang kubayangkan…”

“Ahhhhh…” erangku juga di dalam lumatan Arturo.

Antonio segera menggoyang-goyangkan pantatnya dengan menggemaskan, membuat kontolku menyodok-nyodok pantat sempitnya.

“Richie, berterima kasihlah!” katanya sambil menoleh padaku. “Pantatku ini perawan, sayang!”

Aku pun mengerti sekarang. Pantas saja, pantat pria Spanyol ini sungguh ketat menjepit kemaluanku. Aku pun terus mengerang-erang seperti orang gila. Pantatku kini sedang disodok-sodok kontol Kolombia milik Arturo dan kontolku sendiri sedang mengobok-obok pantat perawan Antonio. Tiba-tiba saja, Samir mencaplok mulutku yang terlepas dari mulut Arturo dan mengerang keenakan. Kami berpagutan sambil tangannya memainkan kedua putingku. Rasanya seperti surga… Aku belajar bahwa tubuhku bisa menikmati kenikmatan yang tak pernah kubayangkan dari tubuh pria.

“Stefano… James… Masukkan kontol ke dalam mulutku dan hisaplah kontolku! Tolong, buat aku kenikmatan, sobat!”


πŸ”₯ ADEGAN PANAS INI KHUSUS PEMBACA VERSI LENGKAP πŸ”₯

Untuk membaca versi lengkap tanpa sensor, silakan dapatkan novel ini melalui:
πŸ“– Lynk.id – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk
πŸ“± WhatsApp Admin: Klik di sini – https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing


LANJUTAN SETELAH ADEGAN PANAS YANG DISENSOR:


“Bolehkah aku mendapatkan waktu berdua dengan Richie?” tanya Samir malu-malu. “Aku ingin menikmati waktu berdua bersama Richie…”

Wajahku memerah karena malu mendengar permintaan si pria Dubai tampan itu. Antonio langsung terbahak-bahak.

“Tentu saja, lovebirds!” kata Antonio.

Antonio mendekati aku dan Samir. Dia mencium bibir kami bergantian, lalu terkekeh dan berkata, “Kalau begitu, aku, Arturo, dan James akan menyusul Stefano ke kamar mandi… Selamat bersenang-senang…”

Antonio mengedipkan satu matanya ke arah kami. Kemudian, Arturo dan James ikut tersenyum pada kami berdua dan menciumi bibir kami berdua bergantian. Mereka pun menyusul Stefano dan Antonio mandi.


[ … ]


Samir segera memelukku dan mengecup bibirku. Mulut kami berpagutan dan saling menari-narikan lidah kami sambil tubuh telanjang kami berpelukan serta saling meraba penuh nafsu. Kami berdua terhanyut dalam sebuah percintaan lembut. Samir tampak sangat bernafsu membelai tubuhku meskipun di pantatku sedang mengalir pejuh segar keempat pria lain yang membanjiri lubangku yang tidak perjaka lagi.

Sambil menjilat-jilati lidahku, Samir membaringkanku di kasur dan lidahnya terus menjelajah isi mulutku. Mulai dari langit-langit mulutku, hingga gigi dan lidahku, semuanya Samir jelajahi dengan lidahnya. Samir memegang kedua tanganku sambil selangkangannya dia gesek-gesekkan ke selangkanganku. Kedua batang kontol tegang kami bermain sambil bergesek-gesekan. Kudengar nafas Samir makin memburu di mulutku. Lalu, dia segera mengecupi leherku dan turun menjilati putingku. Aku pun mengerang-erang, namun keraguanku muncul.

“Samir…” ucapku sambil mendesis keenakan, menikmati sapuan lidah Samir di putingku. “Ohhhh…”

Cumbuan Samir turun dari putingku ke perutku. Dia jilat lembut perutku, lalu turun ke bawah ke pahaku. Dari paha, Samir menjilati selangkanganku. Dia mulai jilatan kedua testisku lembut dan dia mainkan testisku dengan tangannya. Setelah itu, dia mulai mengoral kemaluanku. Lidahnya menyedot-nyedot batang kemaluanku sambil tangannya sedikit mengocok pelirku itu lembut. Aku mengerang-erang keenakan sambil menikmati hisapan lembut pria Dubai itu di kemaluanku. Setelah itu, dia tidak mau berlama-lama bermain di kontolku. Dia jilat makin ke bawah, hendak menjilati lubang bo’olku… Aku segera menahannya.

“Jangan, Samir…” larangku.

“Ya, Richie?” tanyanya kini sambil mata indahnya yang berwarna coklat memandangku dalam-dalam dari bawah.

“Itu…” kataku kebingungan menyampaikan perasaanku.

“Ada apa?” tanyanya lembut.

“Apakah kau tidak jijik padaku?” tanyaku memberanikan diriku bertanya.

“Jijik kenapa?” tanya Samir sambil mengernyitkan dahi.

“Kau sendiri melihat tubuhku baru saja disodomi oleh empat pria…” kataku malu-malu. “Bahkan, keempat pria itu tadi mengeluarkan pejuhnya di pantatku bergantian… Kurasakan pantatku becek sekali karena pejuh mereka…”

Samir tampak kebingungan. Dia memandangku lekat-lekat, lalu mengecup hidungku. Kurasakan wangi napasnya memenuhi indera penciumanku.

“Apa yang kau rasakan, Richie?”

“Aku?” tanyaku sambil mengernyitkan dahi lagi. “Aku…bingung…”

“Aku turut menyesal…” kata Samir syahdu. “Seharusnya… Aku berani membelamu dan melarang mereka memperkosamu…”

“Kau tidak salah…” kataku membersarkan dirinya.

“Apa kau nyaman dengan diriku menyentuhmu dan menciummu begini?” tanya Samir tiba-tiba sambil mengalihkan badannya dari badanku, takut aku tidak nyaman dengan dirinya.

“TIDAK!” cegahku, segera memintanya kembali mendekapku. “TOLONG JANGAN LEPASKAN, SAMIR!”

Samir pun mengerti dan kembali mendempetkan tubuhnya di atasku. Dia kembali menciumi leherku lembut, lalu beralih ke pipiku, dan melumati bibirku. Kubuka mulutku untuk menyambut cumbuannya. Kami saling memainkan lidah kami dan bertukar ludah di dalam mulut kami masing-masing. Napasku makin memburu, lalu membuat Samir melepaskan cumbuannya.

“Aku sama sekali tidak jijik padamu, Richie… Kalau boleh jujur, aku sangat menikmati tubuhmu…” bisik Samir jujur. “Jujur saja, aku rindu keintiman. Sudah tiga bulan aku, Stefano, Antonio, James dan Arturo tidak merasakan keintiman dari wanita. Kami rindu istri kami masing-masing. Makanya, saat melihat tubuh Asia-mu yang seksi dan mulus ini, kami tidak bisa menahan diri… Maafkan kami…”

“Kalian semua sudah menikah?” tanyaku sambil melotot. “Semuanya?”

“Sudah, Richie…” kata Samir sambil terkekeh. “Kami sudah tiga bulan di sini. Hanya Arturo yang sempat pulang ke istrinya di bulan pertama kemarin… Selebihnya, kami terpisah dari istri kami selama tiga bulan. Makanya, kami tidak bisa menahan diri saat melihatmu dengan kulitmu yang indah dan tubuhmu yang montok ini…”

Aku pun tersipu malu mendengar pujian Samir. Sepertinya, aku sudah mulai gila dan menjadi seorang pria yang haus pujian sesama pria.

“Jangan tersenyum malu seperti ini… Kau jadi semakin manis,” kata Samir menggodaku, lalu mencolek bibirku dengan tangannya lalu melumat mulutku.

Kami berpagutan sambil menikmati bibir masing-masing.

“Sekarang, ceritakan padaku… Apa yang kau rasakan?” tanya Samir.

Aku langsung bingung. Wajahku mengkerut dan mulai memasang wajah sendu. Aku pun tidak berani memandang mata Samir.

“Apa kau menyukainya?” tanya Samir lagi mendesak.

“Aku tidak tahu, Samir…” kataku jujur. “Sejujurnya, aku mulai menikmati ini semua… Tetapi, aku sadar, aku bukan seorang homoseksual. Ini tidak boleh terjadi… Namun, aku tidak bisa menyangkali diri…”

“Aku benar-benar minta maaf,” kata Samir murung. “Kami benar-benar kelewatan… Tetapi, jujur saja aku juga sangat menikmati ini semua…”

“Aku pun demikian, Samir…” kataku berusaha jujur. “Mula-mula, aku jijik… Aku juga takut… Tetapi, setelah lama-lama kalian merangsangku, aku menikmatinya…”

“Mewakili mereka berempat, aku minta maaf, Richie…” jelas si Samir. “Bisa kupastikan, meskipun kami melakukan hal yang keterlaluan, kami bukan orang jahat… Kami hanya lepas kendali…”

Aku pun cuma mengangguk, berusaha mengerti.

“Tetapi… Richie…”

“Ya?” tanyaku penasaran. “Ada apa, Samir?”

“Karena sudah kepalang tanggung…” tanya Samir malu-malu dengan muka merah. “Bolehkah aku juga menyetubuhimu?”

Aku pun merasa campur aduk… Namun, jujur saja aku mengharapkan kontol Samir lebih dari semua kontol pria lain… Aku memang paling tertarik padanya di antara pria-pria lain… 


πŸ”₯ ADEGAN PANAS INI KHUSUS PEMBACA VERSI LENGKAP πŸ”₯

Untuk membaca versi lengkap tanpa sensor, silakan dapatkan novel ini melalui:
πŸ“– Lynk.id – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk
πŸ“± WhatsApp Admin: Klik di sini – https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing




PANDUAN MEMBACA VERSI LENGKAP

Salam hangat untuk para pembaca setia,

Perkenalkan, saya Jeremy Murakami, seorang penulis cerita homoerotik yang menghadirkan kisah-kisah sensual, kontroversial, dan penuh skandal. Novel-novel saya menampilkan tokoh-tokoh pria tampan, jantan, dan memikat, dirancang khusus untuk Anda yang menikmati cerita erotis dengan kualitas premium.

Untuk menikmati novel ini dalam format PDF yang bisa Anda baca selamanya, tersedia tiga pilihan pembelian:

1. Melalui WhatsApp (Fast Response)

Silakan hubungi WhatsApp admin di 0813-3838-3995 atau klik link berikut:
πŸ“± Chat via WhatsApp – https://wa.me/6281338383995

Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer Bank BCA/Mandiri (detail akan diberikan oleh admin).


File PDF akan dikirimkan melalui email atau langsung via WhatsApp, sesuai permintaan Anda.


2. Melalui Telegram (Fast Response)

Silakan hubungi akun @reading4healing atau klik link berikut:
πŸ“© Chat via Telegram – https://t.me/reading4healing

Proses pembayaran dan pengiriman file sama seperti melalui WhatsApp.


3. Melalui Lynk.id (Pembayaran Digital Lengkap & Aman)

Jika Anda ingin pilihan pembayaran yang lebih fleksibel, Lynk.id adalah solusi terbaik!

Bisa menggunakan QRIS, Virtual Account, Kartu Debit/Kredit, DANA, ShopeePay, GoPay, dan OVO.


Setelah pembayaran, Anda akan langsung mendapatkan file PDF untuk diunduh.


Pastikan segera mengunduh file setelah pembelian untuk menghindari kendala di kemudian hari.


πŸ”— Beli melalui Lynk.id di sini – https://lynk.id/reading4healing/MGrEErk

Jika ada pertanyaan atau kendala, silakan hubungi admin Reading4Healing melalui:
πŸ“± WhatsApp: Klik di sini — https://wa.me/6281338383995
πŸ“© Telegram: Klik di sini — https://t.me/reading4healing

Terima kasih atas dukungan dan antusiasme Anda terhadap karya-karya saya. Semoga cerita ini memberikan pengalaman membaca yang tak terlupakan!

Salam hangat,
Jeremy Murakami